Kamis, 10 Mei 2012

Menjaga Tradisi Dan Keharmonisan, Siratan Air Lanjar Maibit Tetap Terjaga


Dengan harapan rasa memiliki dan toleransi selalu tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, setiap hari Rabu Legi (jawa) usai panen. Masyarakat yang ada di Desa Maibit, Kec. Rengel, Kab. Tuban selalu melakukan tradisi siratan. Dengan harapan rasa guyubdan berbagi selalu tertanam dikeseharian mereka dalam bermasyarakat.
Pada Rabu (02/05/2012) lalu, Ritual diawali pagi hari dengan menyembelih ternak sapi yang berukuran cukup besar. Setelah itu masyarakatpun mulai datang untuk memberi sumbangan berupa makanan dan jajanan tradisional yang langsung memenuhi sendang maibit.
Kemudian makanan ini akan dibagikan kepada para tamu yang datang dari luar desa. Selain untuk ditukar kepada sesama tetangga yang hadir. Selanjutnya masyarakat yang hadir disuguhi oleh pementasan wayang kulit.
Sembari menikmati pementasan wayang kulit, terlihat beberapa masyarakat yang hadir mengusapkan wajah dengan air yang dulunya dipercaya sebagai pemandian Sri Pangenti atau yang biasa disebut Lanjar Maibit.
Kemudian menuju ritual puncak yaitu siratan. Diawali dengan meletakkan tumpeng yang berisi makanan berupa nasi, ayam panggang, daging sapi, bumbu-bumbu dan beberapa wewangian kedalam sebuahtampah (wadah yang terbuat dari anyaman bambu).  Setelah itu tampah makanan diletakkan kedalam pinggir sendang. Dan perangkat desa mulai mengucapkan do’a.
Selesai berdo’a para pamong (perangkat desa) mengangkat tampah yang berisi makanan itu ketempat aliran air dari sumber mata air Maibit. Disana mereka sudah ditunggu oleh ratusan masyarakat desa yang sudah siap dan berjejer sepanjang aliran sendang maibit itu.
Sesampainya dilokasi sumber air, tumpeng kembali didoakan, selesai berdoa para pamong desa kemudian melemparkan tumpeng dan air sendang kepada masyarakat yang hadir kesegala penjuru arah. sehingga secara otomatis masyarakat yang hadir pun turut terkena percikan dari air sendang maibit.
Lanjar sendiri adalah seorang janda yang belum pernah disetubuhi oleh suaminya. dan Maibit berarti tempat persinggahan dan persembunyian. Maka saat hidup Sri Pangenti sering disebut juga dengan Lanjar Maibit.
Karena saat itu dia sedang mencari suaminya yang belum sempat menyetubuhinya. Namun karena kecantikan paras dan kehalusan pekertinya dia menjadi rebutan banyak lelaki. Dari pejabat hingga rakyat jelata. Untuk itu Sri Pangenti memilih singgah dan sembunyi (maibit) disuatu tempat yang sekarang dikenal dengan sebutan sendang Maibit.
Saat ditanya tentang maksud dan tujuanya, Rasiyem (50), warga setempat mengatakan bahwa, dia mempunyai harapan Tuhan memberikan obat kepada cucunya melalui air yang berasal dari sendang ini. Selain itu Rasiyem juga percaya semasa hidup Sri Pangenti adalah orang yang lurus dan baik. Sehingga yang maha kuasa-pun akan memberi berkah kepada orang yang menghormatinya. “semoga jadi perantara do’a,” ujar Rasiyem.
Menurut Kepala Desa Maibit, Riyadi, mengatakan budaya siratan ini sebagai simbol bahwa berkah berupa air yang jernih dan melimpah dari sendang maibit ini haruslah dibagi kepada masyarakat luas. Selain itu dengan menyiratkan kesegala penjuru arah oleh para pamong desa adalah tanda pamong desa lah yang menjadi orang terdepan dalam upaya pembagian berkah atau rejeki ini.  Sehingga kekayaan alam yang berlimpah ini bisa dinikmati bersama-sama. “kami berharap tradisi ini selalu ada,” ujar Riyadi
Lebih lanjut Riyadi menyatakan bahwa nilai-nilai ini akan berusaha terus dijaga oleh masyarakat desa Maibit. Selain sebagai wujud penghormatan kepada sejarah dan para leluhur. Juga upaya pembelajaran masyarakat untuk terus melestarikan tradisi yang sudah ada.
Karena tradisi ini ternyata juga sebuah cara untuk merekatkan tali persaudaraan, rasa memiliki, gotong royong, dan rasa untuk saling asah, asih dan asuh terhadap sesama.
Foto : Masyarakat yang ada di Desa Maibit, Kecamatan  Rengel, Tuban saat melakukan siratan Lanjar Maibit
»»  Baca Selanjutnya...

Akhirnya Perangkat Desa Pasuruan Sampai 60 Tahun


Rapat Paripurna DPRD Pasuruan dengan agenda persetujuan Raperda menjadi Perda Kab. Pasuruan thn 2012 akhirnya digelar, salah satu poin terpenting adalah tentang tata cara pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa, yang isinya mengatur masa jabatan Perangkat Desa sampai usia 60 th, dalam rapat Paripurna tersebut PPDI Pasuruan diundang secara khusus yang diwakili tiga pengurus harian PPDI.

Sementara itu diluar gedung DPRD, ratusan Perangkat Desa yang tergabung dalam PPDI Kab.Pasuruan memberi dukungan moril kepada tiga delegasi mereka yg berada dalam gedung sebagai rasa kepedulian dan dukungan atas perjuangan yang tak kenal lelah untuk memperjuangkan nasib perangkat desa.

Dalam Paripurna tersebut yang mayoritas dari komisi A membacakan Perda Inisiatif DPRD salah satunya tata cara pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa, Ketua Bamus satu mengatakan ” dalam perda inisiatif perubahan sangat perlu dengan pertimbangan :
1.  Dalam skup Pemerintahan Desa Kepala Desa dan Sekretaris Desa membutuhkan personil perangkat desa yg memiliki kwalitatif dan kompetatif yg sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2.  Sebagai pelaku langsung yg bersentuhan dengan masyarakat
3.  Perubahan perda tentang tata cara pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa yang mengatur masa jabatan perangkat desa
4.  Perda Pasuruan harus sesuai dengan PP 72 tahun 2005 agar tidak bertentangan dengan produk hukum yg lebih tinggi.
5.  Titik awal guna wacana perangkat desa menjadi Pegawai Negeri Sipil.
6.  Hal-hal yg lain mengenai Perda Perangkat Desa sudah sepenuhnya dijelaskan di PP 72 tahun 2005.

Di akhir Pandangan Bamus satu mengatakan semoga kedepan dengan adanya perubahan Perda inisiatif DPRD ini menjadikan perubahan bagi pelakunya.

Dalam pandangan umum 10 Fraksi DPRD semua menerima atas perubahan tahun 2012 tersebut. Sementara itu ditempat terpisah Ketua DPRD, Gus Irsad sekaligus juga Pembina PPDI Pasuruan mengutarakan bahwa dengan selesainya Perda Inisiataif ini maka Perangkat Desa Harus lebih mengoptimalakan kinerjanya, DPRD sudah bekerja untuk rakyat karena ditingkat nasional PPDI masih harus berjuang untuk perangkat desa PNS.


»»  Baca Selanjutnya...

Taufik : Perangkat Desa Pantas Sudah Saatnya PNS


Sekitar 400-an perangkat desa se-Kab. Lumajang hadir dipendopo Kabupaten Lumajang dalam rangka Konsolidasi RUU Desa yang diselenggarakan PPDI Kab. Lumajang dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang.

Acara yang dimulai pukul 14.30 WIB ini dihadiri juga sejumlah pengurus PPDI kabupaten-kabupaten Jawa Timur diantaranya dari Bojonegoro, Ponorogo, Blitar dan Ketua PPDI Jawa Timur, Mujito. Tampak juga beberapa pengurus pusat yang hadir bersama Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan, Anggota DPR RI yang juga pelawak Eko Patrio dan artis muda Hengky Kurniawan.

“Sudah sepantasnya perangkat desa di PNS-kan, mengingat tugas yang diemban adalah pelayanan masyarakat mulai dari lahir sampai mati “ demikian sambutan Ketum Pusat Ubaidy Rosyidi. Hal senada juga di lontarkan oleh Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan.

“Mereka adalah pejuang-pejuang sejati dalam pesta demokrasi seperti pilkades, pilkadabup, pilleg dan pilpres!” Ungkap Taufik. “Sebagai ujung tombak pemerintahan pun mereka terlibat juga dalam pembagian beras raskin yang mereka sendiri tidak mendapatkannya”

Taufik Kurniawan juga mengabarkan bahwa RUU Desa sekarang sudah masuk pembahasan di Bamus, dan ini yang harus mendapat pengawalan dari berbagai pihak.
»»  Baca Selanjutnya...

Sedekah Bumi Diwisata Bektiharjo, Upaya Penghormatan Asal-Usul Tuban


Tradisi sedekah bumi yang pernah mengakar di sumber mata air Bektiharjo, Kec. Semanding, Tuban perlahan mulai dilupakan oleh masyarakat. Seperti yang diungkapkan mantan juru kunci pemandian Bektiharjo, Iskandar (82) saat acara sedekah bumi pada Rabu (09/05/2012).
Beberapa tahun silam sedekah bumi ini diikuti oleh warga tak hanya dari sekitar pemandian saja. Namun juga diikuti oleh beberapa desa lain yang teraliri oleh sumber mata air ini.
Dahulu selain warga dari beberapa Desa Tegal agung, Desa Semanding, Desa Prunggahan Wetan dan Desa Prunggahan kulon, banyak juga dari warga-warga desa lain seperti dari Desa Gedong ombo dan beberapa desa lain yang ada di Tuban. “dahulu semua desa banyak mengikutinya,” kenang Iskandar.
Lebih lanjut, Iskandar menguraikan bahwa selain rasa syukur karena mendapat berkah dari yang maha kuasa dengan aliran mata air yang jernih, juga disebabkan karena adanya kepercayaan bahwa di Bektiharjo-lah awal mula kehidupan bermasyarakat di Kabupaten Tuban.
Diceritakan bahwa saat itu salah satu utusan dari kerajaan Padjajaran yaitu Kalak Wilis melakukan pertemuan dengan Raden Banga yaitu Bupati Bumenggeng (Lumajang). Setelah bertemu mereka melakukan tirakat bersama kedua murid Raden Banga yaitu Dandang wacono dan Resi Jalak Ijo.
Mereka yang melakukan tirakat bersama di gunung Ngandong, mendapatkan wangsit bahwa Resi Jalak ijo harus menuju ke Rengel dan membuka daerah yang kemudian saat ini dikenal dengan Ngerong. Sedangkan Dandang wacono sendiri ditugaskan untuk membuka alas  (hutan) Papringan dan membuka mata air di Bektiharjo.
Sesampai Dandang wacono disana, karena kuasa Tuhan tiba-tiba salah satu batu di daerah Bektiharjo mengeluarkan air yang jenih dan melimpah. Sehingga mampu mengaliri beberapa desa dibawahnya yang semula adalah daerah tandus.
Masyarakat yang takjub mengetahui adanya aliran itu kemudian bersorak “metu banyune” atau keluar airnya. Awal mula kata inilah yang oleh sebagian masyarakat dipercayai bahwa asal kata TUBAN adalah dari penggalan kata meTU BANyune yang kemudian berkembang menjadi kata Tuban.
Dan Bektiharjo adalah tempat dimana awal mula Dandang Wacono mengabdi untuk masyarakat. Setelah itu Dandang Wacono kemudian membuka daerah papringan (sekarang prunggahan wetan) dan diangkat menjadi pemimpin oleh masyarakat disana dan menjadi Bupati pertama di Tuban.
Menurut mbah Iskandar, cerita rakyat ini bisa jadi berbeda versi antara satu dengan yang lainya. Namun yang jelas hendaknya generasi saat ini diharapkan jangan sampai melupakan sejarah. Bahwa Bektiharjo-lah yang menjadi tempat peradaban pertama di Tuban. Dan mengajak masyarakat untuk bersyukur secara ikhlas. Serta berbagi dengan sesama setelah mendapatkan rizki. “itulah maksud kami melakukanmanganan (sedekah bumi) nak,” tutur mbah Iskandar.
»»  Baca Selanjutnya...

Tuntutan Tidak Dipenuhi, Warga Tetap Segel Pintu Masuk PT Gassuma


Warga Desa Sokosari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban,Rabu (09/05/2012) siang kembali melakukan aksi unjuk rasa di depan pintu masuk PT Gassuma Federal Indonesia. Untuk menagih janji pertanggungjawaban dari sejumlah tuntutan yang disampaikan pada hari selasa (08/05/2012) kemarin. Setelah adanya 7 warga yang keracunan gas, akibat menghirup gas yang diduga bocor dari pipa gas milik PT Gasuma.
Warga berkerumun di depan pintu masuk PT Gassuma Federal Indonesia, untuk menunggu hasil dari perwakilan mereka yang sedang bernegosiasi di dalam ruangan. Unjuk rasa kali ini lebih banyak dari pada hari kemarin.
Para ibu-ibu rela berpanas – panas di bawah terik matahari, demi menyampaikan tuntutan mereka, pasca terjadinya kebocoran yang diduga berawal dari pipa gas milik PT Gassuma. Yang mengakibatkan sedikitnya 7 warga sekitar keracunan selasa (08/05/2012) kemarin.
Warga menuntut adanya dana konpensasi Rp. 1.000.000,- per kepala keluarga dari pihak PT Gassuma. Selain itu warga juga menuntut adanya biaya atas pengobatan ke 7 warga yang keracunan gas beracun selasa (08/05/2012) kemarin.
Setelah ditunggu-tunggu, akirnya sejumlah perwakilan warga setempat tersebut keluar, dengan membawa hasil yang tidak sesuai dengan tuntutan mereka. Warga merasa kecewa dari pertemuan yang terkesan tertutup itu.
Tuntutan uang kompensasi sebesar Rp. 1.000.000,- per kepala keluarga tersebut tidak dipenuhi oleh pihak PT Gasuma. Pihak perusahaan menawar permintaan tersebut yaitu sebesar Rp. 250.000,- untuk warga ring I, Rp. 200.000,- untuk warga ring II, dan Rp. 150.000,- untuk warga warga ring III, serta menanggung semua biaya perawatan korban kebocoran gas pada selasa kemarin.
Tarso, salah satu perwakilan warga yang bernegosiasi dengan pihak PT Gassuma mengatakan, semua permintaan warga tidak dipenuhi, malah menawar permintaan warga. “karena tidak disepakati, maka warga tetap menutup pintu perusahaan,” ujarnya.
Merasa tuntutan mereka tidak dipenuhi, warga langsung mengambil tindakan dengan kembali memblokir dan menyegel pintu masuk PT Gassuma sampai tuntutan mereka terpenuhi. Bahkan pintu pagar PT Gassuma tersebut oleh warga di las paten menggunakan las listrik, praktis membuat aktivitas di perusahaan pengolahan gas rekanan PT Joint Operating Body – Pertamina Petrocina East Java (JOB-PPEJ) tersebut lumpuh total.
Sementara itu Kasiran, Lasmi, Kasri, dan Sukirah hingga saat ini masih dalam perawatan intensif di ruang rawat inap Rumah Sakit Ibnu Sina, Kabupaten Bojonegoro. Dari total 7 warga yang keracunan, tiga warga diantaranya sudah dipulangkan selasa kemarin. Para korban menderita mual, pusing, hingga muntah-muntah akibat keracunan gas yang diduga keluar dari akibat bocornya pipa gas milik PT Gasuma.
Diketahui selasa kemarin, sejumlah pekerja yang berpakaian PT Gassuma Federal Indonesia keluar dari ruang salah satu Unit di Satreskrim Polres Tuban. Dimungkinkan mereka dimintai keterangan soal dugaan bocornya gas yang mengakibatkan warga keracunan. Sementara itu pihak PT Gassuma Federal Indonesia tidak dapat dikonfirmasi terkait persoalan ini.
»»  Baca Selanjutnya...

Keracunan Gas Eksplorasi, 7 Warga Dirawat Dirumah Sakit



Tujuh warga Dusun Badegan, Desa Sukosari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Ibnu Sina Kabupaten Bojonegoro. Mereka karena mengalami keracunan gas yang diduga diakibatkan bocornya pipa gas milik PT Gassuma Federal Indonesia. Yaitu kontraktor pengelola gas buang sisa pembakaran eksplorasi minyak Joint Operation Body Pertamina Petrochina East Java (JOB PPEJ) didesa setempat.
Akibat dari keracunan gas tersebut, mereka mengalami sesak nafas dan mual-mual. Sementara itu satu warga lain mengalami keracunan gas saat berunjuk rasa di depan pintu pagar PT Gasuma Federal Indonesia selasa (08/05/2012) pagi.
Bambang (45) warga Dusun Badegan, Desa Sukosari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban terpaksa dituntun oleh warga yang lain saat mengikuti aksi protes didepan perusahaan pengelola gas tersebut bersama dengan warga lainya.
Bahkan bambang sempat pingsan, lalu oleh warga yang lain sempat diberi minum, dan setelah itu dirinya dievakuasi ke Rumah Sakit menggunakan ambulan milik PT Gassuma. Sebelumnya, Bambang mengaku mengalami pusing dan mual-mual, ditengah-tengah aksi unjuk rasa yang ia lakukan bersama ratusan warga yang lain.
Yang merupakan aksi pasca terjadinya keracunan massal diduga akibat kebocoran pipa gas atau pipa flare milik PT Gassuma Federal Indonesia.  Beberapa saat sebelumnya, atau sekitar pukul 02.00 selasa dini hari, saat warga sekitar perusahaan pengelola Gas tersebut sedang terlelap tidur, tiba-tiba diduga salah satu pipa gas milik PT Gasuma bocor.
Enam warga langsung dilarikan ke Rumah Sakit Ibnu Sina, Kabupaten Bojonegoro, karena mengalami keracunan gas. Enam warga tersebut antara lain Kasiran (45), Kasri (40), Lasmi (45), Ssuwadi (60), Sukirah (40) dan Sunar (65), dimana  ke enam warga tersebut merupakan warga Dusun Badegan,  Desa Sokosari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban.
Saat ini beberapa korban diantaranya sudah diperbolehkan pulang, sementara Kasiran, Lasmi, Kasri, Bambang dan  Sukirah masih dalam perawatan intensif di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ibnu Sina, Kabupaten Bojonegoro.
Para warga tersebut mendapat perawatan intensif dari pihak dokter Rumah Sakit, setelah mengalami keracunan gas, yang diduga akibat bocornya salah satu pipa gas milik PT Gassuma Federal Indonesia.
Rofi’i, keluarga korban kebocoran gas bernama Lasmi mengatakan, setiap hari warga selalu mencium bau busuk gas yang keluar dari pipa gas milik PT Gassuma, dan yang terparah adalah selasa (08/05/2012) dini hari. Dimana bau gas diduga keluar begitu banyak sehingga mengakibatkan warga keracunan massal.
”karena keracunan gas yang setiap hari keluar dan berbau busuk,” tuturnya saat di Rumah Sakit Ibnu Sina Bojonegoro sambil menunggui Lasmi.
»»  Baca Selanjutnya...

Ratusan Warga Berunjuk Rasa, Buntut 7 Warga Keracunan Gas Beracun



Ratusan warga Dusun Badegan, Desa Sokosari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Jatim, selasa (08/05/2012) sekitar pukul 07.00 pagi berunjuk rasa di perusahaan pengolahan Gas yaitu PT Gasuma Federal Indonesia, di Desa setempat.
Akibat bocornya salah satu flare atau pipa gas milik PT Gassuma Federal Indonesia, rekanan dari PT Joint Operating Body Pertamina – Petrocina East Java. Aksi dilakukan dengan mengunci pintu masuk perusahaan, hingga aktivitas di perusahaan pengolah gas tersebut terhenti.
Sedikitnya 150 warga Dusun Badegan, Desa Sokosari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, selasa (08/05/2012) pagi berunjuk rasa dengan mengunci pintu masuk perusahaan pengolahan gas bumi, yaitu PT Gassuma Federal Indonesia, dengan menggunakan kunci. Akibatnya aktivitas di perusahaan rekanan dari PT Joint Operating Body Pertamina – Petrocina East Java (JOB-PPEJ) tersebut terhenti.
Aksi ratusan warga ini merupakan buntut dari bocornya salah satu pipa gas milik PT Gassuma Federal Indonesia, pada selasa (08/05/2012) dini hari, yang mengakibatkan sedikitnya 7 warga desa setempat keracunan gas, dan saat ini suah dievakuasi ke Rumah Sakit Ibnu Sina Bojonegoro.
Menurut Pardiyanto, Ketua RT 05 Dusun Badegan, Desa Sokosari, Kecamatan Soko, Tuban mengatakan, sebelum para warga mengalami keracunan, ada bau tidak sedap yang diduga berasal dari salah satu pipa gas milik PT Gassuma Federal Indonesia yang tak jauh dari rumah warga tersebut. “awalnya ada bau yang tidak sedap, lalu warga keracunan,” ujarnya.
Sambil membawa tanaman padi, ratusan warga ini masih bertahan di depan pintu masuk, dengan mendirikan tenda, dan mengunci pintu pagar perusahaan tersebut. Warga terus bertahan, hingga tuntutan mereka yaitu ganti rugi korban yang keracunan dan dana kesehatan dari PT Gassuma dikucurkan rutin tiap bulannya.
Sementara itu menurut Pujianto, Wakil Direksi PT Gasuma Federal Indonesia, saat dikonfirmasi wartawan mengatakan, bahwa pihaknya berjanji akan menanggung biaya rumah sakit ke 7 warga yang diduga terkena gas beracun dari salah satu pipa gas PT Gassuma.
Pihaknya saat ini juga masih menyelidiki apakah benar, bahwa warga yang keracunan gas tersebut akibat dari bocornya pipa gas milik PT Gassuma Federal Indonesia. “kami masih menyelidiki penyebab warga keracunan,” katanya.
Hingga selasa (08/05/2012) sore ratusan warga masih bertahan di pintu masuk perusahaan, sementara itu pintu pagar PT Gassuma juga telah dipasangi Police Line dan dikunci warga.
»»  Baca Selanjutnya...